Minggu, 07 Agustus 2016

sebagai seorang pekerja keras moto saya adalah setiap kali keringat menetes harus berubah menjadi uang atau barang berharga atau dengan nama lain "kristalisai keringat" (meminjam istilah seorang Kyai Muda di Surabaya). dengan rentetan kesibukan mulai dari pagi sampai pagi lagi saya tak sempat menenteng tasbeh kesana - kemari. jari - jari saya pun lebih sering memencet layar Gagged dari pada memutar biji tasbeh. doa - doa pun lebih sering saya tuliskan pada medsos dari pada saya baca. bahkan publik bisa saya libatkan dalam doa bersama dengan ng-Like atau mengAmini status doa saya.

Saya tidak sempat lagi membawa kitab suci yang mana sering saya tenteng ketika saya masih sekolah dasar dan menegah pertama. menurut saya cukup dengan aplikasi yang disediakan oleh gatged suluruh isi al Qur'an bisa langsung dibaca dan ditelaah dengan tafsirnya. lebih luas lebih praktis dan bisa diakses semua orang. saya sadar dizaman serba maju ini kita harus pintar memanfaatkan media sosial.

Saya tidak sempat menghadiri pengajian dan majelis taklim, untungnya ada radio - radio yang selalu menampilkan ustad - ustad dan dai terbaik di negeri ini. jadi saya tidak perlu repot harus datang kepondok pesantren atau masjid hanya untuk mendengar tausiyah. dari radio saya sudah lengkap nama penceramah dan tema pengajian yang mudah untuk didengar dan pastinya sangat menghibur.

saya menyadari bahwa saya ini orang sibuk, setiap hari selalu repot, maka hari libur selalu saya gunakan untuk istirahat dengan baik. hp dan media elektronik lainnya saya matikan untuk mendapatkan istirahat yang berkualitas. dan pada intinya saya tidak mau diganggu dengan permasalahan duniawi yang sifatnya hanya sementara.

saya semakin kesulitan menemukan panggilan Tuhan, karena Toa masjid dikritik seorang pejabat negara, tapi, Suara Adzan dipagi hari sangat mengganggu tidur saya, karena saya amat membutuhkan istirahat yang cukup. lagian saya juga kan masih bisa memasang alaram pengingat sholat fardhu.

maaf, bukannya saya menggerutu, saya cuma ingin dimengerti. urusan iman kan urusan masing - masing. yang suka beramal jangan sok penting. yang suka menolong temannya jangan sok pahlawan. semua sudah paham porsi iklannya masing - masing. jadi saya selalu bilang bahwa saya ini sibuk dan repot.

Yang instan tidak selalu buruk. Di mana-mana orang sepakat bahwa teknologi itu semakin maju semakin sederhana. Yang beranggapan bahwa "teknologi maju tapi peradaban mundur" hanya orang-orang yang kuper dan gaptek. Saya toh tidak kehilangan adab. Kini emoticon semakin beragam. Airmata bisa digambar dengan ekspresi sedih maupun senang; cemberut atau pun tertawa. Percakapan justru bisa jadi lebih akrab lewat japri/jaringan pribadi.

Saya suka dimengerti. Saya sibuk, dan zikir saya adalah zikir kesibukan yang tak pernah berhenti. Dari rumah, saya bawa ke kantor. Dari kantor, saya bawa ke rumah lagi. Saya kerjakan sambil makan-minum, saya lakukan sembari bercakap-cakap, saya lakoni seraya mengabarkan kepada dunia betapa Anda tidak sendiri dalam kesibukan. Kita sama-sama hanyut. Karena itulah, saya minta dimengerti. Orang hanyut itu butuh ditolong, bukan justru dimaki.
 

Saya sadar: saya mengejar yang tak pasti. Sebab, yang tak pasti itulah yang terus berlari. Saya takkan mengejar hal yang pasti. Sebab, yang pasti itu sudah pasti takkan lari dari saya. Bukankah Tuhan itu Maha Pasti? Bukankah takdir itu kepastian? Dan bukankah kematian itu juga kepastian? Lahir, wafat, rezeki, dan jodoh itu pasti. Saya sibuk bukan sibuk mengais duit. Saya sibuk hidup di tengah orang-orang sibuk. Dan, itu zikir perkotaan yang ramai dalam kesepian desa.

0 komentar:

Posting Komentar